Jumat, 28 Oktober 2016

Kurma Pembawa Petaka

Sebuah kisah tentang zuhud dan wara'nya seorang hamba Allah bernama Ibrahim bin Adham, suatu ketika setelah melaksanakan haji di tanah haram Ia akan melakukan perjalanan ke Masjid al-Aqsa di Palestina. Untuk bekal dalam perjalanannya Ia pun membeli satu kilo buah kurma dari pedagang tua di tanah haram tersebut.

Setelah kurma tersebut usai dibungkus dan akan dibawanya pergi, Ia pun melihat sebuah kurma yang jatuh di sekitar kios tempat Ia membeli kurma dan mengambil kurma tersebut lalu memakannnya karena ia mengira kurma tersebut jatuh dari bungkus miliknya. Ia pun kemudian pergi menuju Palestina.

Setelah empat bulan lamanya, Ia pun tiba di masjid al-Aqsa. Dan seperti sebelum-sebelumnya Ia memilih tempat yang biasa ditempatinya di bawah kubah. Lantas Ia berdoa dengan khusyu'. Tiba-tiba Ia pun mendengarkan percakapan dua malaikat yang sedang membicarakannya.

"Itu Ibrahim bin Adham, seorang zuhud dan wara', yang doanya selalu dikabulkan Allah", kata salah satu malaikat.

Satunya lagi menyahut, "Tapi sekarang tidak lagi, doanya tidak lagi diterima karena beberapa bulan lalu ia memakan sebuah kurma yang bukan miliknya."

Mendengar percakapan dua malaikat tersebut, Ibrahim pun terkejut dan menyadari bahwa selama empat bulan ini doa dan seluruh ibadahnya tidak diterima hanya karena memakan kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullah," gumamnya.

Ia pun bergegas kembali ke Makkah meminta ke-halal-an kurma yang telah ia makan.

Sesampainya di sana, ia langsung menuju kios tempat penjual kurma yang pernah ia beli beberapa bulan yang lalu. Tapi di sana Ia hanya menemukan sosok pemuda yang menjual kurma. Kemudian Ibrahim bertanya, "Dimanakah kakek tua yang dulu menjual kurma?". Pemuda lalu menjawab, "Dia sudah meninggal satu bulan yang lalu".

"Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un", Ibrahim pun kemudian menceritakan kejadian tersebut kepada pemuda penjual kurma. Lantas ia berkata, "Kepada siapakah saya harus meminta kehalalan kurma yang telah saya makan?". Pemuda menjawab, "Saya adalah ahli waris kakek tua tersebut, insyaallah saya halalkan dengan apa yang telah engkau makan. Akan tetapi ada sebelas ahli waris lagi, saya tidak bisa mengatasnamakan mereka karena mereka mempunya hak yang sama dengan saya sebagai ahli waris."

"Bolehkan saya meminta alamat saudara-saudaramu tersebut?, saya akan mendatanginya satu-persatu." pintanya. Ia pun mendatangi satu-persatu ahli waris dari kakek penjual kurma untuk meminta kehalalan kurma yang Ia makan.

Setelah mendapatkan kehalalan dari semua ahli waris kakek tersebut, Ia kemudian kembali ke Palestina. Dan di masjid al-Aqsa ia berdoa kepada Allah. Lagi-lagi ia mendengarkan percakapan dua malaikat.

"Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak karena makan kurma milik orang lain." Kata salah satu malaikat.

Satunya lagi berkata, "Sudah tidak lagi, sekarang doanya sudah dikabulkan oleh Allah SWT karena Ia telah mendapat penghalalan dari seluruh ahli waris penjual kurma tersebut. Sekarang pun ia telah suci dan bersih seperti sedia kala."

Maha Suci Allah, dari kisah tersebut setidaknya kita bisa mengambil sebuah pelajaran.

_______________________

Dewasa ini isu yang marak adalah PUNGLI. Banyak sekali oknum-oknum yang mengatasnamakan rakyat, para pekerja yang digaji uang rakyat, dan di tempat-tempat yang bertuhankan uang.

Halal sejatinya bukan hanya makanan yang dimakan, karena halal haruslah mencakup dua unsur yakni halal dzatnya dan halal cara memperolehnya.

Semoga kita tetap menuhankan Tuhan yang pantas di-Tuhan-kan. Aamiin.

Tebuireng, 28 oktober 2016.
Khutbah jum'at, Gus Fahmi Amrullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar