Entahlah bagaimana harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Begitu banyak kata motivasi yang mendorong kita untuk menjadi orang yang sukses. Sukses sukses dan sukses. Kita terus-terusan dicekoki kata itu. Dua suku kata dan enam huruf itu S U K S E S. Ya materi. Materi adalah sukses. Sukses adalah bergelimpangan materi. Tapi tidak juga, bagi sebagian orang sukses bukan berarti bertumpu pada materi tapi meraih kerja keras yang sudah dilakukan. Menjadi seseorang yang dicita-citakan. Menjadi seseorang yang membanggakan, dibanggakan orang tua, bangsa ataupun negara.
Manusia sering kali lupa untuk apa mereka hidup, untuk apa mereka "mampir minum". Tuhan sesungguhnya sudah memberikan clue kepada kita melalui kalimat lugas yang dianjurkan ketika kita tertimpa musibah, simpel. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un. Kita terkadang lupa bahwa kehidupan yang sebenarnya bukanlah di tempat yang fana ini, "mampir minum" istilahnya. Bayangkan betapa hidup kita begitu cepat sebenarnya. Puluhan tahun yang kita habiskan disini hanya diibaratkan dengan dua kata itu.
Tapi tidak sesimpel itu juga, rumit. Begitu rumit bahkan. Hidup tak semudah kita minum. Bahkan minum pun kita harus bayar bahkan, di sebagian daerah malah harus bayar untuk mendapatkan air bersih. Padahal bumi dan seisinya adalah milik kita, milik manusia dan makhluq lainnya. Hampir tidak ada yang gratis di dunia ini. Maka rahmatlah yang membuat kita bisa hidup, bisa menikmati keindahan ciptaan-Nya.
Saya ingat ada hadist yang mengatakan bahwasanya ketika seseorang meninggal maka ada tiga hal yang tidak akan terputus. Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholih. Ketiga hal itu lagi-lagi tidak bisa kita dapatkan dengan cuma-cuma. Ketiganya membutuhkan materi, ya lagi-lagi materi. Sulit sekali memang manusia tanpa materi, walaupun bisa tapi sangat sulit. Bayangkan pendidikan di Indonesia, hampir tidak ada yang gratis. Walaupun untuk mendapatkan ilmu tidak harus dengan sekolah. Tapi harus diakui materi akan mempermudah seseorang untuk mencari ilmu, ilmu yang bisa memberikan manfaat bagi orang di sekitar kita, bagi orang lain.
Hari ini kebanyakan dari kita termasuk saya, sudah kehilangan orientasi hidup. Tujuan hidup yang seharusnya terus kita pegang dan kita perjuangkan. Kita disibukkan kepada urusan-urusan yang bersifat sementara, yang membuat kita lupa, lupa dengan tujuan utama kita. Lupa bahwa akan ada kehidupan yang selanjutnya.
Semoga kita tetap pada tujuan yang seharusnya, bukan tujuan yang seinginnya atau semaunya. Tak peduli seperti apa kita saat ini, menjadi apa kita saat ini. Yang pasti tujuan utama yang seharusnya, tidak boleh kita abaikan. Prioritas utama hidup kita.
Sebagai seseorang yang mempunyai cita-cita kita tidak boleh lantas berkecil hati dan kemudian membiarkannya hanya menjadi mimpi. Kita tetap harus mengejarnya, kita harus berusaha mewujudkannya, tetapi dengan tidak meninggalkan apa yang menjadi tujuan hidup kita. Tujuan utama sebagai hamba.